Minggu, 23 Agustus 2015

ANALISIS CERPEN "JURU MASAK"

Judul :
Juru Masak , judul Juru Masak diambil karena dalam cerpen ini memiliki peran utama seorang juru masak bernama Makaji.

Latar :
- Tempat : kampung Lareh Panjang, dan Jakarta.
   Latar tempat berawal di Lareh Panjang, lalu Azrial mengajak ayahnya ke Jakarta.
- Waktu : saat ini, 2 tahun lalu, 2 hari yang lalu.
   Latar waktu berawal dari Saat ini tentang pesta Mangkudun, lalu menceritakan pesta 2      tahun yang lalu, setelah itu kembali lagi ke Saat ini tentang pesta Mangkudun, lalu menceritakan 2 hari yang lalu sebelum pesta Mangkudun terjadi.

Tokoh dan Watak :
- Makaji, Juru masak nomor -> Baik, suka menolong
- Azrial, Anak dari Makaji -> Baik, pekerja keras
- Mangkudun, Orang terkaya dikampungnya-> Sombong
- Renggogeni, Putri dari Mangkudun-> Baik, Penurut pada orang tua

Makaji berwatak suka menolong, bukti : “Makaji tidak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta.

Azrial adalah pekerja keras, bukti : “Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah menjadi juragan, punya 6 rumah makan dan 24 anak buah”

Mangkudun berwatak sombong karena dalam dialog ia berkata pada anaknya, “Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan jodoh yang lebih bermatabat!” dan “Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu menjadi suamimu. Paham kau?”

Renggogeni penurut pada orang tua karena ia mengikuti perintah orang tua nya untuk mencari jodoh yang lain.

Alur Cerita:
Alur Campuran (Maju – Mundur – Maju), karena cerpen itu menceritakan tentang masa kini, ke masa lalu, balik lagi ke masa kini.

Sudut Pandang :
Orang ketiga serba tahu, karena penulis tidak menceritakan tentang dirinya, tetapi menceritakan tentang kisah orang lain.

Amanat dari cerpen Juru Masak adalah:

- Jangan sombong hanya karena martabat. Karena dalam cerpen itu, Mangkudun tidak mau menjodohkan anaknya dengan Azrial karena martabat Mangkudun dapat jatuh jika anaknya menikah dengan hanya laki-laki yang anak dari seorang juru masak

- Masa-masa tua lebih baik dihabiskan bersama anak dan keluarga. Karena dalam cerpen itu, Makaji memilih untuk bekerja bersama-sama dengan anaknya.

Pertanyaan :
(-) Masalah apa yang dihadapi oleh azrial ?

Seorang wanita yang dulunya ia cinta akan dipersunting oleh pria lain yang tentunya lebih kaya dari azrial. Wanita itu bernama Renggogani anak dari orang terkaya di Lareh Panjang. Dulunya azrial akan menikahi Renggogeni namun ayah dari Renggogeni tidak sudi mempunyai mantu yang anaknya bekerja sebagai juru masak.

(-) Bagaimana azrial mengatasi masalahnya ?

Azrial hengkang dari kampung dan bekerja hanya sebagai tukang cuci piring di Jakarta. Azrial sedikit demi sedikit mengumpalkan modal agar tidak selalu bergantung pada Induk Semang. Dengan kegigihan dan kerja keras azrial selama bertahun-tahun, azrial sudah menjadi juragan, mempunyai 6 rumah makan dan 24 anak buah.

(-) Apakah makaji, sang juru masak menemui masalah pula ?

Ya, karena makaji tidak bisa memasak lagi di desanya sehingga setiap acara kenduri masakan-masakannya yang dihidangkan oleh tuan rumah terasa hambar.

(-) Keputusan apa yang telah diambil oleh azrial ?

Azrial mengajak ayahnya untuk hidup di Jakarta, jika Makaji masih ingin jadi juru masak, Makaji akan menjadi juru masak di salah satu rumah makan milik Azrial, keputusan itu diambil karena azrial tidak ingin lagi berjauhan dengan ayahnya.

(-) Menurut kalian apakah keputusan makaji itu sudah tepat ?

Iya keputusan yang diambil oleh makaji sudah tepat, karena makaji memili hidup di Jakarta dengan azrial dan menghabiskan hari tuanya didekat anaknya, meskipun Makaji harus meninggalkan Lareh Panjang dan tidak menjadi juru masak didesa Lareh Panjang.

Rabu, 29 Juli 2015

Ikan Ikan Mistis di Kolam Cibulan

Sore itu, objek wisata Kolam Cibulan, Kuningan, ramai sekali. Tetapi, tidak semua anak girang. Afa berjalan cepat ke ruang ganti. Wajahnya tegang.
Di dalam ruang ganti, Afa mendekati loker nomor 3. Ia menoleh ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada yang memperhatikan. Lalu, tangannya cepat memutar kunci loker. Di dalam loker, ada baju dan sepasang sepatu bola warna biru. Bajunya lusuh, tetapi sepatunya terawat dengan baik. Sepatu itu sepatu bola kesayangan Dodi, sahabatnya.
Afa mengambil sepatu itu dengan cepat, menutupinya dengan handuk. Ia lalu berlari keluar. Menemui Beni, teman sekelasnya, di bawah pohon jambu di belakang ruang ganti.
“Ini”, Afa menyerahkan sepatu bola itu. Beni menerima sepatu itu dengan mata berkilat-kilat.
Seharusnya sepatu itu dipakai Dodi untuk pertandingan besok. Pertandingan untuk mendapatkan posisi kapten tim di sekolah mereka. Seperti Dodi, Beni sudah lama mengincar posisi itu.
Kalau Dodi tidak bisa menemukan sepatu andalannya, permainan Dodi pasti kacau! Begitu pikir Beni. Seingat Beni, permainan bola Dodi semakin keren sejak ia memakai sepatu itu.
“Oke. Ini tugas-tugas dan PR-mu” Beni menyerahkan segepok kertas dan buku. Itulah imbalan untuk Afa, karena telah berhasil mencuri sepatu Dodi. Afa tersenyum sekilas. Beni telah membuatkan tugas-tugas dan PR Afa. Ini akan menyelamatkan nilaiku, pikir Afa.
Afa cepat-cepat kembali ke ruang ganti, lalu pergi ke lokernya sendiri, loker nomor 10. Disimpannya kertas-kertas tugas dan buku PR-nya di situ. Afa lalu melangkah keluar dari ruang ganti dan…
“Bruk!” ia menabrak seorang bapak di luar kamar ganti sampai jatuh. Bapak itu adalah pawang ikan di Kolam Cibulan.
“Eh… Maaf, Pak”, Afa mengulurkan tangan untuk membantu Pak Pawang berdiri.
“Tidak apa-apa”, jawabnya. Afa berpaling hendak pergi, tetapi Pak Pawang memanggilnya.
“Kamu tahu legenda ikan-ikan di Kolam Cibulan ini?” tanyanya sambil memandangi kolam yang dipenuhi anak-anak yang berenang. Ya, anak-anak itu sedang berenang bersama ikan-ikan yang menurut legenda sekitar, mistis!
Afa mengangguk. Menurut legenda, ikan-ikan itu adalah jelmaan prajurit Prabu Siliwangi yang berkhianat.
“Memang pantas begitu, ya. Pengkhianat memang pantas jadi ikan! Bayangkan, di depan orang baik-baik, bersikap seperti sahabat, tetapi di baliknya… huh! Merugikannya!” Pawang itu tampak amat garang sampai Afa mundur ketakutan.
“Konon, ikan-ikan ini sangat pandai mengendus pengkhianat. Jika sudah diendus, si pengkhianat akan berubah menjadi ikan!” lanjutnya lagi. Matanya tiba-tiba tajam menatap Afa.
“A… aku…” Afa tergagap, lalu langsung lari masuk kolam, berusaha menghindari tatapan tajamnya.
“Ke mana saja, Fa? Lama sekali!” Dodi menyambutnya. Afa diam saja, hanya menggeleng pelan.
Tiba-tiba, cipak… cipak… ikan-ikan di Kolam Cibulan terasa mendekati Afa. Banyak sekali! Semua seperti mengelilingi Afa. Afa mundur ketakutan. Ia menghindar ke kanan, ikan-ikan itu ikut ke kanan. Afa ke kiri, ikan-ikan itu ikut ke kiri. Sisik mereka yang kehitaman tampak licin berkilat-kilat. Afa bergidik ketakutan.
“Lho, ikan-ikan itu, kok, seperti mengejarmu, sih?” Dodi bertanya heran.
“Aduh, enggak tahu, nih”, jawab Afa kalut.
Tangannya berusaha menepis ikan-ikan yang semakin mendesaknya di sudut kolam. Diingatnya kata-kata Pawang Ikan. Masak, sih, ikan-ikan ini bisa mengendus pengkhianat?
Pak Pawang Ikan menatapnya tajam. Ikan-ikan berkecipak semakin mendesaknya.
Dan, di suatu tempat di ujung kolam yang jauh sekali, di tengah keramaian, Afa seperti melihat harimau. Ah, menurut cerita, saat meninggal, Prabu Siliwangi berubah wujud menjadi harimau! Jangan-jangan beliau hendak mengubahnya menjadi ikan di kolam!
“Aaaah!” pekik Afa, tidak tahan lagi.
“Maaf…”, tangisnya. Afa mengakui perbuatannya kepada Dodi.
Dodi kaget sekali, tetapi ia lalu tertawa.
“Ah, tidak usah pakai sepatu itu juga tidak apa-apa, kok. Aku kan, masih punya sepatu bola yang lama. Masih bisa dipakai, kok,” senyumnya.
“Tapi kata Beni, kamu semakin jago sejak pakai sepatu itu. Katanya sepatu itu sudah seperti jimatmu, sepatu keberuntungan!” dahi Afa berkerut.
“Jimat? Ada-ada saja! Mana ada jago sepakbola gara-gara sepatu! Aku cuma rajin latihan saja, kok. Kamu, sih, terlalu percaya takhayul,” kilah
Dodi, membuat Afa malu, mengingat betapa ia tadi ketakutan karena ikan-ikan Cibulan. Walau begitu, Afa lega telah mengakui perbuatannya. Besok, ia akan mengembalikan semua tugas dan PR yang telah dibuatkan Beni.
Pak Pawang Ikan memandang mereka dari kejauhan sambil tersenyum. Sukses juga siasatnya. Ia sempat mendengar rencana Beni dan Afa. Ia jadi ingin menakut-nakuti Afa supaya kapok.
Saat bertabrakan tadi, diam-diam Pak Pawang Ikan menyelipkan segepok makanan ikan ke kantung celana Afa. Karena itu, ikan-ikan di kolam sibuk mengejar Afa!
Pak Pawang tidak tahu kalau yang akhirnya membuat Afa mengaku adalah sosok harimau di ujung kolam…